Manfaat Berbuat Kebaikan

Pada suatu hari seorang raja melewati seorang tua yang sedang menanam pohon buah Zaitun, kemudian raja berhenti sebentar sambil berfikir tentang harapan yang berada di pikiran orang tua itu, sedangkan orang tua itu boleh jadi tidak lagi hidup ketika saatnya memakan buah dari pohon yang ia tanam, karena umurnya yang sudah sangat tua tersebut.

kemudian raja berkata: “Wahai Orang tua bukan waktunya lagi engkau menanam pohon Zaitun ini, karena pohon ini lambat pertumbuhan dan berbuahnya sedangkan kau orang tua yang sangat renta sekali.”

orang tua itu berkata : “wahai raja, orang-orang dahulu juga telah menanam apa yang kita makan hari ini, maka sudah sepantasnya kita menanam supaya anak cucu kita nanti bisa makan apa yang kita tanam sekarang”

Lantas Raja berkata “Anda sungguh luar biasa mulia.” seperti biasanya apabila raja berkata seperti itu kepada seseorang, maka kepada orang itu diberi hadiah sesuai dengan ukuran yang sepantasnya, maka raja membayar untuk harga buah tersebut kepada orang tua itu.

maka orang tua itu berkata lagi “wahai raja, bagaimana pendapatmu tentang apa yang aku tanam, alangkah cepat berbuahnya.”

raja itu berkata, “luar biasa” untuk yang kedua kalinya, kemudian orang tua itu diberikan hadiah lagi yang lain.

orang tua itu berkata lagi. “wahai raja, setiap pohon yang berbuah sekali dalam satu tahun, sedangkan pohonku ini berbuah dalam sebentar saja dua kali.”

maka raja berkata untuk kali ketiga “luar biasa”, kemudian raja berjalan dan berkata kepada para sahabatnya “Ayo pergi, jika kita terus-terusan berhenti di kebun orang tua ini, maka tidak akan cukup apa yang ada di perbendaharaan kita untuk memberi hadiah kepadanya”.

 

Cerita diatas adalah contoh bahwa Setiap kebaikan yang kita lakukan akan selalu kembali kepada kita, membawa manfaat bagi kita yang mengerjakan kebaikan itu sendiri sebagaimana Firman Allah SWT.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Alloh adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir: seratus biji, Alloh melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Alloh Maha Luas (karunia)-Nya) lagi Maha mengetahui.”

(QS. Al-Baqarah: 261).

 

Story regards to Agussyafii

Published in: on September 5, 2008 at 6:17 am  Comments (2)  
Tags: , , ,

Cerita Anisa Memahami Keikhlasan

Cerita ini gw dapet dari email beraniegagal.com. Gw persembahkan untuk menasihati diri gw sendiri dan sahabat2 gw yang hingga detik ini masih menyelami arti kata ikhlas. Tuk Wk, empi, utet, ade dan pengunjung blog ini, smoga Allah senantiasa memberikan kebijakan dan pemahaman atas arti ikhlas yang sebenarnya

Ini cerita tentang Anisa, seorang gadis kecil yang ceria berusia lima tahun. Pada suatu sore, Anisa menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket. Ketika sedang menunggu giliran membayar, Anisa melihat sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah,sehingga Anisa sangat ingin memilikinya.

Tapi… Dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji: Tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik. Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya : “Ibu, bolehkah Anisa memiliki kalung ini ? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi… ” Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Anisa. Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas. Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten…

“Oke … Anisa, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?” Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya.”Terimakasih. .., Ibu”.

Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya. Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau…

Setiap malam sebelum tidur, Ayah Anisa akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya

“Anisa…, Anisa sayang ngga sama Ayah ?”

“Tentu dong… Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah !”

“Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu…”

“Yah…, jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil “si Ratu” boneka kuda dari nenek… ! Itu kesayanganku juga”

“Ya sudahlah sayang,… ngga apa-apa !”. Ayah mencium pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.

Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi,

“Anisa…, Anisa sayang nggak sih, sama Ayah ?”

“Ayah, Ayah tahu bukan kalau Anisa sayang sekali pada Ayah ?”.

“Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu.”

“Jangan Ayah… Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini..” Kata Anisa seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain. Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk kekamarnya, Anisa sedang duduk diatas tempat tidurnya.

Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Dari matanya, mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya…

” Ada apa Anisa, kenapa Anisa ?” Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya

” Kalau Ayah mau… ambillah kalung Anisa” Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Anisa.

Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih… sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi Anisa…

“Anisa… ini untuk Anisa. Sama bukan? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau” Ya…, ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa.

Sebenarnya demikianlah yang sering terjadi antara kita dengan Allah. Terkadang Allah meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Anisa: Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan.. . baik itu berupa barang/harta ataupun orang yang kita kasihi.

Untuk itulah perlunya sikap ikhlas, karena kita HARUS yakin tidak akan ALLAH mengambil sesuatu dari kita jika tidak akan menggantinya dengan yang lebih baik.

Sumber : Anynomous

Published in: on September 2, 2008 at 1:56 pm  Comments (1)  
Tags: , , ,

Filosofi Pensil

“Setiap orang membuat kesalahan. Itulah sebabnya, pada setiap pensil ada penghapusnya” (Pepatah Jepang)

Kali ini saya ingin menceritakan kepada Anda sebuah kisah penuh hikmah dari sebatang pensil. Dikisahkan, sebuah pensil akan segera dibungkus dan dijual ke pasar. Oleh pembuatnya, pensil itu dinasihati mengenai tugas yang akan diembannya. Maka, beberapa wejangan pun diberikan kepada si pensil. Inilah yang dikatakan oleh si pembuat pensil tersebut kepada pensilnya.

“Wahai pensil, tugasmu yang pertama dan utama adalah membantu orang sehingga memudahkan mereka menulis. Kamu boleh melakukan fungsi apa pun, tapi tugas utamamu adalah sebagai alat penulis. Kalau kamu gagal berfungsi sebagai alat tulis. Macet, rusak, maka tugas utamamu gagal.”

“Kedua, agar dirimu bisa berfungsi dengan sempurna, kamu akan mengalami proses penajaman. Memang meyakitkan, tapi itulah yang akan membuat dirimu menjadi berguna dan berfungsi optimal”.

“Ketiga, yang penting bukanlah yang ada di luar dirimu. Yang penting, yang utama dan yang paling berguna adalah yang ada di dalam dirimu. Itulah yang membuat dirimu berharga dan berguna bagi manusia”.

“Keempat, kamu tidak bisa berfungsi sendirian. Agar bisa berguna dan bermanfaat, maka kamu harus membiarkan dirimu bekerja sama dengan manusia yang menggunakanmu”.

“Kelima. Di saat-saat terakhir, apa yang telah engkau hasilkan itulah yang menunjukkan seberapa hebatnya dirimu yang sesungguhnya. Bukanlah pensil utuh yang dianggap berhasil, melainkan pensil-pensil yang telah membantu menghasilkan karya terbaik, yang berfungsi hingga potongan terpendek. Itulah yang sebenarnya paling mencapai tujuanmu dibuat”.

Sejak itulah, pensil-pensil itu pun masuk ke dalam kotaknya, dibungkus, dikemas, dan dijual ke pasar bagi para manusia yang membutuhkannya.

Teman2, pensil-pensil ini mengingatkan kita mengenai tujuan dan misi kita berada di dunia ini. Sama seperti pensil itu, begitu pulalah diri kita yang berada di dunia ini. Apa pun profesinya, saya yakin kesadaran kita mengenai tujuan dan panggilan hidup kita, akan membuat hidup kita menjadi semakin bermakna.Yang penting, hingga pada akhir kehidupan kita ada karya ataupun hasil berharga yang mampu kita tinggalkan. Tentu saja tidak perlu yang heboh dan spektakuler.

Bukanlah tanpa sebab kita berada dan diciptakan ataupun dilahirkan di dunia ini. Ada sebuah purpose dalam diri kita yang perlu untuk digenapi dan diselesaikan.

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepadaKu” Allah telah bersabda. Maka hanya yang tetap pada jalur tujuan penciptaanlah yang sesungguhnya yang berhasil. Yang paling banyak berguna bagi manusia yang lain lah yang paling berguna.

Story regards to Anthony Dio Martin

Email regards to Nisabila

Picture regards to istockphoto

Published in: on Agustus 24, 2008 at 4:44 pm  Comments (2)  
Tags: , , ,

Cinta Tanpa Syarat

Beberapa hari yang lalu dapet email berisi tentang cerita ini, Huhuhu so sweet

Dikisahkan, ada sebuah keluarga besar. Kakek dan nenek mereka merupakan pasangan suami istri yang tampak serasi dan selalu harmonis satu sama lain. Suatu hari, saat berkumpul bersama, si cucu bertanya kepada mereka berdua, “Kakek, Nenek, tolong beritahu kepada kami resep akur dan cara Kakek dan Nenek mempertahan cinta selama ini agar kami yang muda-muda bisa belajar.”

Mendengar pertanyaan itu, sesaat kakek dan nenek beradu pandang sambil saling melempar senyum. Dari tatapan keduanya, terpancar rasa kasih yang mendalam di antara mereka. “Aha, Nenek yang akan bercerita dan menjawab pertanyaan kalian,” kata kakek.

Sambil menerawang ke masa lalu, nenek pun memulai kisahnya. “Ini pengalaman kakek dan nenek yang tak mungkin terlupakan dan rasanya perlu kalian dengar dengan baik. Suatu hari, kami berdua terlibat obrolan tentang sebuah artikel di majalah yang berjudul ‘bagaimana memperkuat tali pernikahan’. Di sana dituliskan, masing-masing dari kita diminta mencatat hal-hal yang kurang disukai dari pasangan kita. Kemudian, dibahas cara untuk mengubahnya agar ikatan tali pernikahan bisa lebih kuat dan bahagia. Nah, malam itu, kami sepakat berpisah kamar dan mencatat apa saja yang tidak disukai. Esoknya, selesai sarapan, nenek memulai lebih dulu membacakan daftar dosa kakekmu sepanjang kurang lebih tiga halaman. Kalau dipikir-pikir, ternyata banyak juga, dan herannya lagi, sebegitu banyak yang tidak disukai, tetapi tetap saja kakek kalian menjadi suami tercinta nenekmu ini,” kata nenek sambil tertawa. Mata tuanya tampak berkaca-kaca mengenang kembali saat itu.

Lalu nenek melanjutkan, “Nenek membacanya hingga selesai dan kelelahan. Dan, sekarang giliran kakekmu yang melanjutakan bercerita.” Dengan suara perlahan, si kakek meneruskan. “Pagi itu, kakek membawa kertas juga, tetapi…. kosong. kakek tidak mencatat sesuatu pun di kertas itu. Kakek merasa nenekmu adalah wanita yang kakek cintai apa adanya, kakek tidak ingin mengubahnya sedikit pun. Nenekmu cantik, baik hati, dan mau menikahi kakekmu ini, itu sudah lebih dari cukup bagi kakek.”

Nenek segera menimpali, “Nenek sungguh sangat tersentuh oleh pernyataan kakekmu itu sehingga sejak saat itu, tidak ada masalah atau sesuatu apa pun yang cukup besar yang dapat menyebabkan kami bertengkar dan mengurangi perasaan cinta kami berdua.”

Sering kali di kehidupan ini, kita lebih banyak menghabiskan waktu dan energi untuk memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan, dan yang menyakitkan. Padahal, pada saat yang sama kita pun sebenarnya punya kemampuan untuk bisa menemukan banyak hal indah di sekeliling kita.

Saya yakin dan percaya, kita akan menjadi manusia yang berbahagia jika kita mampu berbuat, melihat, dan bersyukur atas hal-hal baik di kehidupan ini dan senantiasa mencoba untuk melupakan yang buruk yang pernah terjadi. Dengan demikian, hidup akan dipenuhi dengan keindahan, pengharapan, dan kedamaian.

story regards to Andre Wongso

email regards to nisabila

Published in: on Agustus 24, 2008 at 4:05 pm  Comments (1)  
Tags: , , ,

Kisah Wanita di Lift Dengan Dua Orang Kulit Hitam

Baru-baru ini di Atlantic City – AS, seorang wanita memenangkan sekeranjang koin dari mesin judi. Kemudian ia bermaksud makan malam bersama suaminya. Namun, sebelum itu ia hendak menurunkan sekeranjang koin tersebut di kamarnya. Maka ia pun menuju lift.

Waktu ia masuk lift sudah ada 2 orang hitam di dalamnya. Salah satunya sangat besar . . . Besaaaarrrr sekali. Wanita itu terpana. Ia berpikir, “Dua orang ini akan merampokku.” Tapi pikirnya lagi, “Jangan menuduh, mereka sepertinya baik dan ramah.”

Tapi rasa rasialnya lebih besar sehingga ketakutan mulai menjalarinya. Ia berdiri sambil memelototi kedua orang tersebut. Dia sangat ketakutan dan malu. Ia berharap keduanya tidak dapat membaca pikirannya, tapi Tuhan, mereka tahu yang saya pikirkan!

Untuk menghindari kontak mata, ia berbalik menghadap pintu lift yang mulai tertutup. Sedetik . . . dua detik . . . dan seterusnya. Ketakutannya bertambah! Lift tidak bergerak! Ia makin panik! Ya Tuhan, saya terperangkap dan mereka akan merampok saya. Jantungnya berdebar, keringat dingin mulai bercucuran.

Lalu, salah satu dari mereka berkata, “Hit the floor” (Tekan Lantainya-kalo istilah dalam lift “tekan tombol lantai yang diinginkan”). Saking paniknya, wanita itu tiarap di lantai lift dan membuat koin berhamburan dari keranjangnya. Dia berdoa, ambillah uang saya dan biarkanlah saya hidup.

Beberapa detik berlalu. Kemudian dia mendengar salah seorang berkata dengan sopan, “Bu, kalau Anda mau mengatakan lantai berapa yang Anda tuju, kami akan menekan tombolnya.” Pria tersebut agak sulit untuk mengucapkan kata-katanya karena menahan diri untuk tertawa.

Wanita itu mengangkat kepalanya dan melihat kedua orang tersebut. Mereka pun menolong wanita tersebut berdiri. “Tadi saya menyuruh teman saya untuk menekan tombol lift dan bukannya menyuruh Anda untuk tiarap di lantai lift,” kata seorang yang bertubuh sedang.

Ia merapatkan bibirnya berusaha untuk tidak tertawa. Wanita itu berpikir , “Ya Tuhan, betapa malunya saya. Bagaimana saya harus meminta maaf kepada mereka karena saya menyangka mereka akan merampokku.” Mereka bertiga mengumpulkan kembali koin-koin itu ke dalam keranjangnya.

Ketika lift tiba di lantai yang dituju wanita itu, mereka berniat untuk mengantar wanita itu ke kamarnya karena mereka khawatir wanita itu tidak kuat berjalan di sepanjang koridor. Sesampainya di depan pintu kamar, kedua pria itu mengucapkan selamat malam, dan wanita itu mendengar kedua pria itu tertawa sepuas-puasnya sepanjang jalan kembali ke lift.

Wanita itu kemudian berdandan dan menemui suaminya untuk makan malam.

Esok paginya sekeranjang bunga mawar dikirim ke kamar wanita itu, dan di setiap kuntum bunga mawar tersebut terdapat lipatan uang sepuluh dolar.

Pada kartunya tertulis: “Terima kasih atas tawa terbaik yang pernah kita lakukan selama ini.”

Tertanda:
> Eddie Murphy
> Michael Jordan

(Yeah that Eddie Murphy (bintang film Holywood), and that Michael Jordan (bintang basket NBA)

* * * *

Berbaik sangka… Yup salah satu sikap yang sebenarnya mudah tapi terkadang sulit. Terkadang salah juga karena mata hati kita tertutup oleh silaunya apa yang dilihat mata kita.

Betapa mudah kita berbaik sangka kepada orang yang cantik/cakep, keren dengan pakaian gaya executive muda ataupun gaya artis terkini.

Gampang sekali fikiran kita dihinggapi prasangka ketika dihadapkan pada orang jelek, item, pakaian lusuh, sandal jepit… (ups, yang ngerasa no offense ya..)

Well memang paradigma dan cara pandang hidup kita yang harus dirubah untuk menjadi semakin positif setiap harinya. Jika kita coba untuk mencoba untuk berbaik sangka kepada semua orang hmmm sepertinya semua orang menjadi matahari yang menerangi….

Berbaik sangka…. Tapi tetap waspada.

Story regards to Beraniegagal.com

Published in: on Agustus 12, 2008 at 4:40 am  Comments (1)  
Tags: , ,

Kisah Tugas Dari Ibu Guru

Ada sebuah kisah sederhana yang semoga menjadi hikmah untuk kita semua

Suatu hari Ibu Guru memberikan pengumuman di depan anak didiknya murid-murid SD Cikal Bahagia..

Bu Guru : Anak-anakku tercinta… hari ini Ibu ingin memberi tugas buat kalian yang sedikit unik tapi menarik… Nanti kalian sesampai di rumah… mintalah tolong kepada ibumu untuk menyiapkan kentang untuk tugas ini.. kumpulkan kentang-kentang itu dan tulisilah di atas kentang itu nama temen kamu yang hari ini kamu benci… setiap kentang satu nama yah… jadi kalau kamu punya 2 orang berarti kamu mengumpulkan dua kentang. juga yang punya 5 orang yang dibenci, maka tulislah di atas lima kentang nama-nama itu..

okeh…. dimengerti kan… lalu setelah itu, masukan kentang-kentang yang sudah kamu tulis nama-nama temen kamu yang sedang kamu benci itu.. dan kumpulkan di dalam kantong plastik…

truus.. ikat pake karet biar gak jatuh… terus bawalah kentang itu kemana pun kamu pergi… seminggu kemudian bawa lagi yah.. kentang-kentang itu ke kelas ini… dan ceritakan lah ke Ibu pengalaman membawa kentang itu…

Murid-murid SD : Baik bu Guru………!!!

Maka berlarianlah seluruh murid ceria itu dan pulang kerumah masing-masing dengan pikiran polosnya mereka terus meminta tolong ibunya untuk menyediakan apa yang menjadi tugas sang guru itu…

Bayangkan….

anak yang membenci satu orang hanya membawa satu kentang kemana-mana…

anak yang sama sekali tak punya kebencian lebih ringan lagi karena dia tak menulis apapun di kentangnya alias tak bawa kentang kemana-mana

tapi sebaliknya, nasib si toing yang saat itu sedang membenci 15 orang temennya karena baginya semua 15 orang itu menyebalkan, tidak mau berbagi, tidak mau memujinya kalau sedang pakai baju baru dll..dll…

dia siapkan 15 kentang dengan 15 nama masing-masing anak yang dia benci…

dia bawa 15 kentang itu dan dimasukkan ke dalam plastik…

3 hari kemudian kentang itu mulai membusuk, tapi karena toing sangat menghormati gurunya dan tidak ingin melanggar tugas, dia bawa 15 kentang yang mulai membusuk itu kemana pun dia pergi….

Hingga 7 hari kemudian…

saat tugas itu dikumpulkan lagi… siapakah yang paling menderita….???

siapakah yang paling sering mencium bau busuk kentang?

Semakin banyak kebencian dibangun semakin berbau pula apa yang dia bawa

Sama seperti kita apabila kita membenci seseorang… Tiap kata kita mencaci orang tersebut, tiap terfikir sesuatu yang terfikir adalah sifat-sifat negatif orang tersebut. Tiap langkah kita was-was supaya jangan bertemu dengan orang itu. Semua perbuatan orang tersebut selalu salah di mata kita.

Sungguh rasanya sempit dunia ini kalau membenci seseorang. Fikiran kita akan selalu negatif dan menjadi kanker di hati kita.

Mari kita kurangi kadar kebencian pada orang lain, dan jumlah orang yang kita benci. Cobalah untuk benci pada sifat/ perbuatan buruknya, bukan kepada orangnya. Karena setiap orang bisa berubah. Siapa tahu orang yang kita benci hari ini akan kita cintai esok hari, akan kita butuh pertolongannya lusa, atau tumpuan harapan kita di tiga hari ke depan.

Story regards to Kuswandini

Cerita Detik-detik Terakhir Rasullullah SAW

Kemaren nerima email yang berisi cerita detik2 kematian Nabi Muhammad SAW. Hik bukan sekali ini baca cerita ini.. tapi gak tau kenapa selalu “tersentuh” bacanya. Jadi inget kok kayaknya jauuuuuh banget dari sifat gw… Masih harus memperbaiki. Karena hidup memang usaha… tanpa henti… Menjadi lebih baik. Hmm Alhamdulillah masih ada teman2 yang meluangkan waktu dan bandwith untuk sekedar mengirim email

Well here I am rewriting the story…. Kalo gak salah inget.. ceritanya ini dimulai setelah nabi jatuh sakit, dan malaikat Izrail datang.

Dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya
masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam”, kata Fatimah yang membalikkan
badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan
bertanya pada Fatimah:

“Siapakah itu wahai anakku?”

“Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,”
tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan
pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi! bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

“Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia.
Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakkan
tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan
kenapa Jibril tidak ikut serta menyertainya. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit
dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?”, tanya Rasululllah
dengan suara yang amat lemah.

“Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan. “Engkau tidak senang mendengar khabar ini?”, tanya Jibril lagi.

“Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”

“Jangan  khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku: “Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat
Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya
menegang.

“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.”
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya
menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?”
Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

“Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak

tertahankan lagi.

“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku, jangan pada umatku.”

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, ! Ali segera

mendekatkan telinganya.

“Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku”
“peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan

telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

“Ummatii,ummatii,ummatiii?” – “Umatku, umatku, umatku”

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?

Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa baarik wa salim ‘alaihi

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita, sementara kita? kapan terakhir lidah kita mengucap shalawat selain waktu sholat?

Picture regards to yanzmaul.files.wordpress.com

email regards to amie

Published in: on Agustus 5, 2008 at 7:11 pm  Comments (3)  
Tags: , , ,